Kamis, 03 April 2014

PRABU JAYABAYA Dari Kediri

Nama Jayabaya sangat populer tidak hanya dikalangan orang tradisional Jawa, tetapi juga bagi orang Indonesia umumnya, dikarenakan adanya ramalan kuno yang disebut Jangka Jayabaya, yang ramalannya seputar kemerdekaan Indonesia 1945 – benar.

Indonesia merdeka didahului dengan masuknya tentara Jepang selama 3,5 tahun dengan mengusir kolonialis Belanda yang telah bercokol lebih dari 3.5 abad dinegeri ini. Dengan tepat pula meramalkan siapa Ratu, maksudnya Pemimpin , Presiden pertama R.I dan bagaimana perjalanan perjuangannya. Ramalan yang sering disebut Pralambang Jayabaya ini berlaku sampai dengan tahun 2150-an.

Isi ramalan Jayabaya yang populer adalah :
1.    Ramalan tentang perjalanan negara di Nusantara/Indonesia.
2.    Sikap ratu/pemimpin yang baik yang seharusnya dilakukan dan sikap jelek  yang pantang dilakukan.
3.    Contoh perilaku ratu/pemimpin yang bisa jadi panutan.
4.    Sikap pamong/priyayi/birokrat dan tingkah laku manusia dimasyarakat pada saat tertentu..
5.    Gejolak alam, yaitu berbagai bencana alam termasuk wabah dan penyakit , perubahan iklim dan geologis/geografis.
6.    Watak dan tindakan manusia yang mempengaruhi kehidupan secara umum, keadaan negara dan perilaku alam.

Esensi pralambang Jayabaya mengandung nasehat yang bijak, bagaimana manusia  bisa hidup selamat sejahtera dengan berkah Tuhan. Tentu harus punya kesadaran yang tinggi, selalu berbuat baik terhadap sesama manusia, mahluk, bumi, alam dan menyadari kodratnya sebagai titah dari Sang Pencipta. Dengan berbudi luhur, manusia akan mengalami kehidupan di jaman Kalasuba,  yang serba baik,enak, makmur, tetapi kalau masih saja melanggar norma-norma baku kehidupan seperti moralitas, tata susila , maka masyarakat dan negeri ini akan berada pada jaman Kalabendu, yang serba nista, terpuruk, tidak karuan.Pada saat ini kita tidak mengupas ramalan ini, nanti pada kesempatan lain, karena masih banyak hal yang relevan, yang menarik untuk diketahui.

Siapa Jayabaya?

Tentang siapa sebenarnya Jayabaya, ada beberapa pendapat yang bergulir. Yang jelas, ada persamaan pendapat, beliau adalah Prabu Jayabaya, seorang raja dari Kerajaan Kediri di Jawa Timur .

Ada yang berpendapat , sesuai dokumen sejarah bahwa Prabu Jayabaya adalah salah seorang raja Kediri diabad ke XI, dimana pada masa itu seni sastra , tari dan musik gamelan berkembang pesat.

Sementara itu ada pendapat lain terutama dari kalangan kebatinan bahwa eksistensi Jayabaya adalah diabad ke IV di Kediri, Jawa Timur. Menurut sumber ini, Kediri adalah kerajaan pertama di Jawa. Dari sini berpindah ke Jawa Tengah di Mataram Kuno disekitar Borobudur, Prambanan, lalu pindah lagi ke Jawa Timur di Jenggala, Kediri dan sekitarnya selanjutnya ke Sigaluh, Jawa Barat, lalu pindah lagi ke Jawa Timur yaitu Majapahit. Lalu pindah ke Jawa Tengah , yaitu Demak, Pajang, Mataram, diikuti jaman penjajahan Belanda, Jepang dan Nusantara merdeka.

Sebenarnya, penduduk pulau Jawa sejak jaman kabuyutan (sebelum datangnya pengaruh Hindu yang memperkenalkan sistim kerajaan), baik yang tinggal di Jawa bagian barat, tengah maupun timur itu sama saja. Baru kemudian  dalam perkembangannya muncul suku-suku dan pembagian daerah kediaman suku. Sebenarnya asal mulanya satu sebagai orang Jawa, orang yang menempati pulau Jawa.

Penduduk selalu mengikuti ratunya yang memindahkan pusat kerajaan.  Pernah di Banten, Pasundan, Mataram, Kediri,Majapahit, penduduk mengikuti ratu membangun negeri. Maklum jumlah penduduk pulau Jawa pada saat itu sedikit sekali.  Bekas negeri/kerajaan yang ditinggalkan penghuninya ketempat lain, menjadi hutan kembali. Kalau ada raja atau kepala daerah yang kejam, akan ditinggal pergi oleh kawulanya dan mereka pindah ketempat lain yang lebih baik.

Watak mulia Jayabaya

Semua pihak berpendapat bahwa Prabu Jayabaya sangatlah bijak, kuat tirakatnya dalam mengemban tugas negara. Untuk memecahkan persoalan negara yang pelik, Sang Prabu disertai oleh Permaisuri, Ratu Pagedhongan, disertai puila oleh beberapa menteri terkait, melakukan perenungan di Padepokan Mamenang, memohon petunjuk Gusti, Tuhan.

Perenungan bisa berlangsung beberapa hari,  minggu, bisa juga sebulan, sampai mendapatkan jawaban/petunjuk dari Dewata Agung, mengenai langkah yang harus dilakukan demi kebaikan kawula dan negara.

Selama masa perenungan di Mamenang, Raja dan Ratu hanya menyantap sedikit kunyit dan temulawak (tiga buah sebesar jari telunjuk) dan minum secangkir air putih segar yang langsung diambil dari mata air, sehari cukup 2 atau  3 kali. Sedangkan para menteri hanya menyantap semangkok bubur jagung dan secangkir air putih setiap waktu makan.

Setelah mendapatkan jawaban/solusi , Raja dan rombongan kembali ke istana di Kediri.

Sabdo Pandito Ratu

Di istana diadakan Pasewakan Agung , rapat kerajaan yang dipimpin raja, dikesempatan tersebut raja mengumumkan kebijakan yang diambil kerajaan dan yang mesti dijalankan dan ditaati seluruh pejabat dan kawula.

Apa yang diputuskan dan telah diucapkan oleh raja didepan rapat itu, disebut Sabdo Pandito Ratu atau Sabdo Brahmono Rojo, harus diterima  dan dilaksanakan oleh semua pihak termasuk oleh raja sendiri. Jadi , seorang raja/pemimpin itu harus memenuhi janji dan apa yang diucapkan harus ditepati, tidak boleh mencla-mencle , cedera janji.

Ini adalah salah satu falsafah kepemimpinan Kejawen yang sudah dikenal sejak masa kuno.

Jayabaya versi Kebatinan

Jayabaya adalah Raja Kediri, sering diartikan sebagai kelahiran manusia pertama di Jawa, adalah didaerah Kediri , Jawa Timur.
Didaerah ini ada dataran subur , suasananya nyaman untuk dihuni, namanya Pare, dari kata pari , beras, makanan pokok manusia.

Ini merupakan  gambaran keberadaan manusia yang lahir dibumi dengan terjamin, karena kondisi alam yang mendukung dan tersedianya makanan.  Raja Jayabaya sebelum turun ke mayapada, mewujudkan diri sebagai manusia yang hidup dibumi , adalah Raja Dewa dari kahyangan . sorga, domainnya para dewa-dewi. Raja Dewa itu bernama Wishnu, Raja Dewa kehidupan pelestari jagat.  (Sejak masuknya pengaruh Hindu, di Jawa mulai timbul negeri dengan sistim kerajaan, menggantikan “tata pemerintahan” asli yang berupa Kabuyutan , yang pemimpinnya Dewan Pinisepuh, orang-orang tua . Nama-nama Hindu mulai diadopsi, meskipun mereka adalah orang-orang Jawa asli).

Wishnu dari domainnya mengamati bumi dengan seksama, mencari tempat yang nyaman untuk dijadikan kerajaaannya. Dia merasa cocok untuk tinggal di Kediri.

Dewa yang ingin menjadi manusia bumi, harus memenuhi syarat-syaratnya. Seperti diketahui dewa itu tinggal di kahyangan, alamnya dewa, alamnya suksma, spirit, roh, tidak memakai badan fisik, karena berbadan sinar. Sedangkan untuk hidup di bumi, suksma harus “memakai pakaian” yang berujud badan fisik dan eteris atau istilah lokalnya badan kasar dan badan halus.

Badan fisik dan eteris itu berintikan elemen-elemen alam : api, udara, air dan tanah dan itu semua harus dalam keadaan sehat, dengan piranti-pirantinya yang bekerja canggih.

Suksma yang menyatu dengan raga , harus sinergis , semua sistimnya bekerja dengan sempurna, sehingga menjadi manusia hidup yang normal yang mampu berkiprah lahir bathin. Kalau penyatuan suksma dengan  raga tidak pas , tidak sempurna , ada yang “korsluit” maka yang mewujud adalah manusia cacat badan, pikiran atau mental.

Untuk terwujudnya/lahirnya manusia yang normal, persyaratannya adalah niat baik, yang diberkahi oleh Sang Suksma Agung, Pencipta Kehidupan. Juga persyaratan hidup dibumi harus dipenuhi sebaik-baiknya.

Manifestasi kehidupan suksma di bumi, lumrahnya dan pada masa kini adalah lewat kelahiran seorang bayi. Bayi yang sehat lahir-bathin yang dilahirkan dari gua garba ibu , setelah berhasil dibuahi bapak.

Sehingga  perlu adanya ibu–bapak yang sehat lahir bathin, ciptanya baik dan benar, menyatu dalam rasa dan raga , tumbuhlah janin.
Dengan sepengetahuan Sang Suksma Agung, Tuhan, suksma yang sesuai turun kebumi, mendapatkan pakaian baru berupa raga fisik dan eteris. Lahirlah seorang manusia baru dengan misi yang mesti dilaksanakan didunia.

Pada kenyataannya manusia adalah suksma,  spirit , roh yang berbadan raga  fisik dan eteris atau raga kasar dan halus. Suksma tidak akan rusak untuk selamanya, kalau badan rusak, suksma akan kembali ke asal-muasalnya keharibaan Sang Suksma Agung, Gusti, Tuhan.                       

Pemahaman manusia suksma ini jangan dibalik menjadi raga hidup yang bernyawa, seperti yang dianut sementara orang.  Akhirnya orang tersebut dalam hidupnya mengutamakan kepentingan raga, ingin selalu mengenakkan raganya sendiri, maka kelakuannya penuh nafsu : mau makan enak, kuasa, kaya duniawi yang egoistis. Mereka lupa kepada misi hidup pokok yang sebenarnya, dibumi malah saling gontok-gontokan dan berkelahi.

Suksma yang berhasil terlahir menjadi bayi, hidup sehat lahir bathin, itu telah melalui perjalanan perjuangan yang maha hebat. Dari beribu-ribu bahkan jutaan benih yang meluncur kegua garba ibu, hanya satu yang berhasil menjadi bayi. Inilah Suksma yang lulus jadi bayi, dia menang, Jaya, terlepas dari segala bahaya - baya dan menjadi bayi manusia - Jayabaya .

Oleh karena itu Jayabaya ada di Kediri, artinya suksma yang jaya hidup Ke dalam Diri-badan manusia..
Inilah pemahaman sejati mengenai terjadinya kehidupan manusia yang sudah sejak dulu merupakan ajaran Kejawen.

ramalan Prabu JAYABAYA

1. Besuk yen wis ana kreta tanpa jaran --- Kelak jika sudah ada kereta tanpa kuda.
2. Tanah Jawa kalungan wesi --- Pulau Jawa berkalung besi.
3. Prahu mlaku ing dhuwur awang-awang --- Perahu berjalan di angkasa.
4. Kali ilang kedhunge --- Sungai kehilangan mata air.
5. Pasar ilang kumandhang --- Pasar kehilangan suara.
6. Iku tandha yen tekane zaman Jayabaya wis cedhak --- Itulah pertanda zaman Jayabaya telah mendekat.
7. Bumi saya suwe saya mengkeret --- Bumi semakin lama semakin mengerut.
8. Sekilan bumi dipajeki --- Sejengkal tanah dikenai pajak.
9. Jaran doyan mangan sambel --- Kuda suka makan sambal.
10. Wong wadon nganggo pakeyan lanang --- Orang perempuan berpakaian lelaki.
11. Iku tandhane yen wong bakal nemoni wolak-waliking zaman--- Itu pertanda orang akan mengalami zaman berbolak-balik
12. Akeh janji ora ditetepi --- Banyak janji tidak ditepati.
13. keh wong wani nglanggar sumpahe dhewe--- Banyak orang berani melanggar sumpah sendiri.
14. Manungsa padha seneng nyalah--- Orang-orang saling lempar kesalahan.
15. Ora ngendahake hukum Hyang Widhi--- Tak peduli akan hukum Hyang Widhi.
16. Barang jahat diangkat-angkat--- Yang jahat dijunjung-junjung.
17. Barang suci dibenci--- Yang suci (justru) dibenci.
18. Akeh manungsa mung ngutamakke dhuwit--- Banyak orang hanya mementingkan uang.
19. Lali kamanungsan--- Lupa jati kemanusiaan.
20. Lali kabecikan--- Lupa hikmah kebaikan.
21. Lali sanak lali kadang--- Lupa sanak lupa saudara.
22. Akeh bapa lali anak--- Banyak ayah lupa anak.
23. Akeh anak wani nglawan ibu--- Banyak anak berani melawan ibu.
24. Nantang bapa--- Menantang ayah.
25. Sedulur padha cidra--- Saudara dan saudara saling khianat.
26. Kulawarga padha curiga--- Keluarga saling curiga.
27. Kanca dadi mungsuh --- Kawan menjadi lawan.
28. Akeh manungsa lali asale --- Banyak orang lupa asal-usul.
29. Ukuman Ratu ora adil --- Hukuman Raja tidak adil
30. Akeh pangkat sing jahat lan ganjil--- Banyak pejabat jahat dan ganjil
31. Akeh kelakuan sing ganjil --- Banyak ulah-tabiat ganjil
32. Wong apik-apik padha kapencil --- Orang yang baik justru tersisih.
33. Akeh wong nyambut gawe apik-apik padha krasa isin --- Banyak orang kerja halal justru merasa malu.
34. Luwih utama ngapusi --- Lebih mengutamakan menipu.
35. Wegah nyambut gawe --- Malas untuk bekerja.
36. Kepingin urip mewah --- Inginnya hidup mewah.
37. Ngumbar nafsu angkara murka, nggedhekake duraka --- Melepas nafsu angkara murka, memupuk durhaka.
38. Wong bener thenger-thenger --- Orang (yang) benar termangu-mangu.
39. Wong salah bungah --- Orang (yang) salah gembira ria.
40. Wong apik ditampik-tampik--- Orang (yang) baik ditolak ditampik (diping-pong).
41. Wong jahat munggah pangkat--- Orang (yang) jahat naik pangkat.
42. Wong agung kasinggung--- Orang (yang) mulia dilecehkan
43. Wong ala kapuja--- Orang (yang) jahat dipuji-puji.
44. Wong wadon ilang kawirangane--- perempuan hilang malu.
45. Wong lanang ilang kaprawirane--- Laki-laki hilang jiwa kepemimpinan.
46. Akeh wong lanang ora duwe bojo--- Banyak laki-laki tak mau beristri.
47. Akeh wong wadon ora setya marang bojone--- Banyak perempuan ingkar pada suami.
48. Akeh ibu padha ngedol anake--- Banyak ibu menjual anak.
49. Akeh wong wadon ngedol awake--- Banyak perempuan menjual diri.
50. Akeh wong ijol bebojo--- Banyak orang gonta-ganti pasangan.
51. Wong wadon nunggang jaran--- Perempuan menunggang kuda.
52. Wong lanang linggih plangki--- Laki-laki naik tandu.
53. Randha seuang loro--- Dua janda harga seuang (Red.: seuang = 8,5 sen).
54. Prawan seaga lima--- Lima perawan lima picis.
55. Dhudha pincang laku sembilan uang--- Duda pincang laku sembilan uang.
56. Akeh wong ngedol ngelmu--- Banyak orang berdagang ilmu.
57. Akeh wong ngaku-aku--- Banyak orang mengaku diri.
58. Njabane putih njerone dhadhu--- Di luar putih di dalam jingga.
59. Ngakune suci, nanging sucine palsu--- Mengaku suci, tapi palsu belaka.
60. Akeh bujuk akeh lojo--- Banyak tipu banyak muslihat.
61. Akeh udan salah mangsa--- Banyak hujan salah musim.
62. Akeh prawan tuwa--- Banyak perawan tua.
63. Akeh randha nglairake anak--- Banyak janda melahirkan bayi.
64. Akeh jabang bayi lahir nggoleki bapakne--- Banyak anak lahir mencari bapaknya.
65. Agama akeh sing nantang--- Agama banyak ditentang.
66. Prikamanungsan saya ilang--- Perikemanusiaan semakin hilang.
67. Omah suci dibenci--- Rumah suci dijauhi.
68. Omah ala saya dipuja--- Rumah maksiat makin dipuja.
69. Wong wadon lacur ing ngendi-endi--- Perempuan lacur dimana-mana.
70. Akeh laknat--- Banyak kutukan
71. Akeh pengkianat--- Banyak pengkhianat.
72. Anak mangan bapak---Anak makan bapak.
73. Sedulur mangan sedulur---Saudara makan saudara.
74. Kanca dadi mungsuh---Kawan menjadi lawan.
75. Guru disatru---Guru dimusuhi.
76. Tangga padha curiga---Tetangga saling curiga.
77. Kana-kene saya angkara murka --- Angkara murka semakin menjadi-jadi.
78. Sing weruh kebubuhan---Barangsiapa tahu terkena beban.
79. Sing ora weruh ketutuh---Sedang yang tak tahu disalahkan.
80. Besuk yen ana peperangan---Kelak jika terjadi perang.